Selasa, 30 Desember 2008

Undangan...

Assalamu'alaikum warrahmatuLlahi wabarakatuh,

Segala Puji hanya bagi Allah, Rabb Semesta Alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya serta mereka yang meniti petunjuknya.

Untuk mengikuti sunnah Rasul-Nya dalam rangka membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah,warahmah, serta terhadap anugerah meningkatkan kualitas keturunan, kami bermaksud menyelenggarakan akad nikah dan Tasyakuran pernikahan antara Nova Atika Putri dengan Rio Ferdinand.

Dengan memohon Ridho, Rahmat dan Karunia Allah SWT dengan rendah hati kami mengharap doa restu dan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/Saudari pada Tasyakuran kami.
Insya Allah akan kami selenggarakan pada :

Akad nikah :
Jum'at, 16 Januari 2009
Pukul 09.00 WIB
Kediaman Nova Atika Putri (Jl. ZA Pagar Alam Gg.Tangkil No.25 Labuhan Ratu Kedaton Bandarlampung)

Tasyakuran:
Sabtu, 17 Januari 2009
Pukul 10.00 WIB s.d Selesai
Kediaman Rio Ferdinand (Perumahan Korpri Blok D5/24 Harapan Jaya Sukarame Bandarlampung 35131)

Atas doa restu dan kehadirannya, kami mengucapkan terima kasih teriring doa :
JazakumuLlahu Khoiron Katsiiro(n)
(Semoga Allah memberi balasan yang lebih baik) Amin

Wassalamu'alaikum warrahmatuLlahi wabarakatuh


Rio Ferdinand

Kamis, 16 Oktober 2008

Renungan Pagi ini

Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah. Di perempatan jalan, Umar,seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.

“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.

Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.

“Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang.

”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.

Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima, ”Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.

Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu ”Udah miskin sombong!”. Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau. Meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya .

Umar berlari lagi kepinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh. Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel. Sambil termenung dia menatap nanar rintik-rintik hujan didepannya,

”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”, gumamnya lemah.

Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar. Tiba-tiba didepannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,

”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali masuk ke mobil.

Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.

”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan”, pinta Umar dengan penuh harap.

Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil didepannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.

“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau”

”Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh khan pak?, tanya Umar sekali lagi.

”Bbbbbooolehh”, jawab pria tersebut dengan tertegun.

Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan, sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.

Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk didekatinya Umar.

”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?, dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil didepannya dengan penuh perasaan kasihan.

”Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.

Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa.
”Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”.

Si anak kecil tersenyum dengan manis,
”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.”

”Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran dimana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang laki-laki dengan nada agak tinggi karena merasa anak didepannya berfikir keliru.
Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh,

”Bapak !, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya”, Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali,

” Dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali dikemudian hari.”
Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki didepannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,

”Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya”.

Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil didepannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.

”Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, Harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini”

Thx for the post..

Rabu, 16 Juli 2008

Selasa, 01 Juli 2008

Tahu Diri (memahami perbedaan)

Dalam Islam yang sangat mulia ini perbedaan pendapat yang terjadi karena perbedaan cara pandang dan pemahaman dalil (ikhtilaf) bukan hal yang baru. Bahkan telah terjadi sejak pada zaman Nabi Muhammad SAW. Hanya, pada masa itu apabila ada perbedaan faham di antara para sahabat mereka dapat langsung merujuk pada baginda Rasul.

Sekarang Islam telah berkembang di seluruh dunia dengan penganut lebih dari satu milyar umat. Wajar adanya perbedaan dalam memahami Tauhid, Fiqh dan Iain-Iain. Masing-masing memiliki hujjah pada pendirian dan fahamnya.

Ada Ahlus Sunnah, Mu'tazilah, Murji'ah, Qodariyyah, dsb. Dalam kelompok yang mengaku Ahlus Sunnah pun terjadi perbedaan faham, seperti pihak sunni Asy'ariyah dengan Sunni Salaf.

Manakala masing-masing memahami bahwa tempat berpijaknya berbeda, maka tidak perlu menyebar rasa permusuhan sesamanya. Ada yang karena keterbatasan ilmu, akalnya terlalu agresif sampai mengkafirkan yang lain. Adapula yang karena merasa intelek hingga pemikirannya lepas dari Islam.

Dalam bidang Fiqh juga ada perbedaan faham yang cukup banyak. Di satu pihak ada amalan dihitung wajib, sementara di satu pihak dianggap haram, satu pihak sunat di lain pihak dianggap Bid'ah. Hal ini wajar terjadi karena berbeda tempat berpijak untuk memandang sesuatu.

Sebagai suatu contoh kasus : Kelompok Mahzab Syaf'ii mengakui bahwa sesuatu pekerjaan itu boleh dilakukan selama tidak dilarang Nabi, sementara ada kelompok lain menganggap semua pekerjaan yang boleh dilakukan hanyalah yang dicontohkan Nabi saja. Selain itu, semuanya Bid'ah. Karena cara-cara pandang yang berbeda inilah maka lahir beberapa perbedaan pula dalam pemahaman.

Disayangkan orang-orang yang tidak pernah bisa berlembut hati mengakui adanya perbedaan itu. Dalih. sudah jelas dan nyata, sehingga tidak mungkin berbeda pandang lagi, katanya.

Disayangkan pula orang orang yang terlalu berani mencampuradukajaran Islam dengan ajaran kafir hanya karena merasa dirinya intelek.

Suatu hari ada seorang muallaf. Setelah beberapa bulan mengaji dengan sebuah kelompok pengajian, kemudian dia diluar dengan lantang mencaci maki kitab Riyadhus Shalihin sebuah kitab hadist besar karangan imam Nawawi Ad Damsiqi.

Dia juga melarang orang-orang yang sedang membaca kitab tersebut di masjid dengan menyatakan bahwa kitab itu adalah kitab tasawuf yang bid'ah dan penuh dengan hadist dhaif Ma'udhu serta dikritik oleh "seorang syeikh".

Seorang muallaf yang belum bisa lancar membaca Al Qur'an sudah berani menghina ulama sekaliber Imam Nawawi dan memuja-muja "seorang syeikh". Tidakkah di pengajian itu diajarkan penghormatan terhadap ulama lain di luar Madzhab mereka. Apakah dalam pengajian itu diajarkan bahwa Ikhtilaf yang boleh ditoleransi hanyalah Ikhtilaf di kalangan ulama mereka saja, sedangkan di luar ulama mereka, semuanya tergolong sesat?

Hari ini banyak beredar tulisan, buku, majalah atau selebaran yang isinya syarat hantaman terhadap pihak lain yang berbeda dengan paham, pikiran atau golongan mereka. Menghantam memang lebih mudah daripada bersabar. Ringkas, cepat dan puas... tetapi Islam tidak mengajarkannya.

Banyak pula yang berlebihan longgarnya hingga berani mencampur aduk Islam dengan ajaran bukan Islam setelah belajar Islam dari orang kafir.

Salah satu contoh adalah tuduhan terhadap Imam Nawawi sebagai ulama Ahli Hadistyang sesat karena menganut Tauhid Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Al Asy'ariyah. Padahal murid Syaikh Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Katsir yang seorang alim, dalam kitabnya Qishasul Anbiya justru memuji Imam Asy'ari sebagai ulama besar kelompok Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.

Ada perkataan bahwa agama kita hanya diperintahkan mengikuti Allah dan Rasulnya, Al Quran dan Al hadits, bukan mengikuti Imam Madzhab. (Biasa terlontar dari sikap ghuluw, atau aliran sekuler)

Pernyataan ini bisa berbahaya, karena seolah secara tidak langsung mengatakan bahwa fatwa para Imam Madzhab telah keluar dari hukum Allah dan Rasulnya, dan seolah-olah secara tidak langsung telah mengatakan bahwa fatwa para Imam Madzhab hanyalah akal-akalan para imam.

-- Mutiara Amaly |Volume 49|
Inginkan mutiara selamilah lautan.. Inginkan bahagia tempuhilah penderitaan.. Inginkan kejayaan relailah pengorbanan.. Ketahuilah bahwa kepahitan itu sebenarnya terkandung seribu kemanisan...

Jumat, 27 Juni 2008

Film "Sang Murrabbi"




Film Thriller Sang Murrabbi.. Ayo ditonton...

Film ini berkisah tentang perjalanan dakwah Ustadz Rahmat Abdullah. Berawal dari persepsi positif Ustadz Rahmat muda tentang profesi guru, yang merupakan rekfleksi cita-citanya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Setiap kali ditanya orang, apa cita-citanya, ia akan menjawab dengan mantap: menjadi guru!

Persepsi itu kemudian menjadi elan vital yang menggerakkan seluruh energi hidup Ustadz Rahmat, ketika ia menimba ilmu di pesantren Asy Syafiiyah di bawah asuhan KH Abdullah Syafii. Bakat besar dan pemikirannya yang brilian, menjadikan Ustadz Rahmat dikagumi oleh setiap orang, terutama gurunya, KH Abdullah Syafii, yang menjadikan Ustad Rahmat muda sebagai murid kesayangannya.

Ustadz Rahmat muda mulai merintis kariernya sebagai guru selulus dari Asy Syafiiyah. Selain di almamaternya, ia juga mengajar di sekolah dasar Islam lainnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Perjalanan karier yang dipilihnya itu kemudian mempertemukannya dengan guru keduanya, Ustadz Bakir Said Abduh yang mengelola Rumah Pendidikan Islam (RPI). Melalui ustadz lulusan pergururan tinggi di Mesir itu, Ustadz Rahmat banyak membaca buku-buku karya ulama Ikhwanul Muslimin, salah satunya adalah buku Da'watuna (Hasan Al-Bana) yang kemudian ia terjemahankan menjadi Dakwah Kami Kemarin dan Hari Ini (Pustaka Amanah).

Situasi ini, membuat potensi bakat Ustadz Rahmat Abdullah melejit dengan banyaknya referensi bacaan yang ia konsumsi, mulai dari kitab Arab klasik yang sudah sulit dicari, sampai buku-buku sastra dan budaya. Ia pun dikenal sebagai dai yang lengkap, karena tidak cuma menguasai ilmu-ilmu Islam yang “standard” tetapi juga persoalan-persoalan kontemporer.

Potret paripurna kedaian Ustadz Rahmat terlihat ketika ia membina para pemuda di lingkungan rumahnya di kawasan Kuningan. Ustadz Rahmat menggunakan pendekatan yang masih sangat langka di kalangan dai, yaitu dengan grup teater yang didirikannya. Para pemuda itu diasuhnya dalam organisasi bernama Pemuda Raudhatul Falah (PARAF) yang menghidupkan masjid Raudhatul Falah di bilangan Kuningan dengan kegiatan-kegiatan keislaman.

Pementasan grup teater binaan Ustadz Rahmat muda itu mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Salah satunya adalah pementasan berjudul Perang Yarmuk. Pada pementasan inilah, Ustadz Rahmat dan para pemuda PARAF harus berhadapan dengan aparat yang mencoba membubarkan pementasan.

Akibat pementasan itu, Ustadz Rahmat dikenai wajib lapor. Tapi, hingga hari ini, Ustadz Rahmat tidak pernah mau meladeni aturan yang menindas kebebasan itu.

“Saya tidak akan pernah datang ke kantor kalian,” kata Ustadz Rahmat kepada Suryo, seorang aparat yang bertugas menyatroninya. “Kalau ibu saya yang memanggil, baru saya mau datang.”

Keteguhan pada prinsip dan ketegasan sikapnya itulah yang membuat Suryo ngeper. Hingga bertahun kemudian keteguhan dan ketegasan itu tetap terpelihara dengan baik, meski Almarhum harus terlibat dalam wasilah (sarana) dakwah bernama partai. Ia tetap dikenal sebagai guru ngaji, inspirator kaum muda yang progresif dan berpikiran jauh ke depan. Undangan daurah satu ke daurah yang lain tetap disambanginya. Tak ada yang berubah, termasuk ciri khas yang menjadi warisan dari kedua orang tuanya yang mulia: kesederhanaan.

Ustadz Rahmat memang berada di jenjang tertinggi partai, serta terpilih pula sebagai wakil rakyat di DPR pusat. Namun, ia kerap dipergoki sedang menyetop bus kota untuk mendatangi sebuah undangan. Ia kerap terlihat jalan kaki untuk jarak yang cukup jauh. Tak ada yang berubah, karena ia sadar betul bahwa langkah itulah yang dimulainya dulu sebagai permulaan di jalan dakwah.

Hingga akhirnya, di sebuah hari yang sibuk dan berat, Ustadz Rahmat merasakah tanda-tanda kesehatannya terganggu. Namun, rasa tanggung jawabnya yang besar terhadap amanah dakwah, membuat ia tak begitu mempedulikan tanda-tanda itu.

Ia masih terlibat dalam sebuah syuro penting. Lalu, saat adzan berkumandang dan ia beranjak untuk memenuhi panggilan suci itu, ia berjalan ke tempat wudhu. Saat berwudhu, tanda-tanda itu makin kuat, menelikung pembuluh darah di bagian lehernya. Ia coba untuk menyempurnakan wudhunya, tapi rasa sakit yang merejam-rejam kepalanya membuatnya limbung.

Disaksikan oleh Ustadz Mahfudzi, salah seorang muridnya, Ustadz Rahmat nyaris terjatuh. Ustadz Mahfudzi cepat memapahnya, lalu mencoba menyelamatkan situasi. Tetapi Allah lebih sayang kepada Ustadz Rahmat Abdullah. Innalillahi wa innailaihi raaji'uun...Syaikhut Tarbiyah itu meninggalkan kita dengan senyum yang amat tulus...hujan air mata dari seluruh pelosok tempat mengiringi kepulangan beliau.

Kamis, 29 Mei 2008

Film 300 aneh



Sudah nonton film 300?

Ya, film dengan judul sederhana dan Cerita yang juga sederhana...
Ya sebuah film tentang kerajaan Sparta di Yunani entah abad ke berapa berperang melawan kerajaan Persia yang saat itu lagi hebat-hebatnya. Dipimpin oleh seorang raja bernama Leonidas bersama para prajuritnya yang berjumlah 300 sesuai judulnya melawan Pasukan Persia yang dipimpin raja Xerxes bersama jutaan prajuritnya.
Film yang berusaha menonjolkan semangat berjuang till the last blood.. Kegigihan..

Nah.. Udah nonton belom yang versi 300 siomay.. sebuah kreasi anak bangsa...
hehehe...
niih.. nonton..
Boleh komen kok...

Selasa, 26 Februari 2008

Assalamualaikum -lagi-

Assalamualaikum...

Waah.. sudah lama sekali ya... gak muncul di dunia maya...
Maaf ya sudah buat temen2 menunggu lama... maklumlah...

Pengennya bisa konsis lagi untuk nulis... itung2 sumbang pemikiran dan pendapatan... loooh??
Mohon do'a dan supportnya ya saudara-saudariku!!

Makasii..

dari mana aja sih yang baca nih blogg??

Dengerin Album Jikustik - Siang